Indonesia semakin dianggap penting oleh perusahaan
teknologi kelas kakap dunia. Menurut data dari perusahaan riset IDC, Indonesia
memiliki lebih dari 30 juta pengguna Internet.
Sementara Nielsen mencatat penetrasi
pengguna telepon seluler mencapai 78%. Indonesia adalah pasar utama bagi situs
media sosial seperti Facebook, Twitter, dan YouTube. Bahkan, Google membuka
kantor perwakilan di Jakarta Maret tahun lalu.
Perusahaan start-up garasi yang berfokus
pada isu teknologi mencoba mencuri potensi besar di pasar domestik dengan
meluncurkan berbagai produk seperti portal e-commerce dan laman agregasi
berita.
Dikutip dari The Wall Street Journal
(WSJ), Minggu (14/10/2012), WSJ melakukan survei informal atas perusahaan
start-up papan atas berdasarkan wawancara dengan pemerhati serta investor di
bidang teknologi.
Sejumlah perusahaan dimasukkan ke dalam
daftar karena mampu menyiasati problem pendanaan. Sebagian perusahaan yang lain
memiliki potensi menarik pengguna serta penanam modal baru di masa mendatang.
1. KASKUS
Ide di balik pendirian Kaskus amat
sederhana: komunitas online yang disesaki forum dan iklan baris. Diluncurkan
oleh tiga mahasiswa Indonesia yang tengah menimba ilmu di Amerika Serikat (AS)
saat mereka kangen rumah serta ingin menciptakan komunitas bagi pelajar
Indonesia di AS. Kaskus lolos dari bubble yang mendera bisnis dotcom serta
gesekan dari berbagai pemain baru.
Kaskus termasuk satu dari 10 situs yang
paling sering dikunjungi di Indonesia dengan lebih dari dua juta anggota.
Kaskus mampu membuat betah pelanggannya dengan menawarkan forum jual-beli yang
tercatat memiliki traffic tertinggi di tanah air, bersaing dengan situs popular
lainnya seperti Facebook.
Situs ini bekerja sama dengan Unicef dalam
mengampanyekan isu-isu anak seperti gizi, pendidikan, dan sosialisasi hak-hak
anak. Pada 2011, Kaskus bermitra dengan Global Digital Prima Venture, firma
venture capital yang dikepalai bos Grup Djarum, miliuner Martin B. Hartono.
Kaskus berencana memperluas pasar dengan meluncurkan KasPay atau sistem pembayaran
online, serta plat form iklan KasAd.
2. BLIBLI
Diluncurkan pada 2011, Blibli tercatat
sebagai situs e-commerce termuda di Indonesia. Toko maya itu menjual segala
jenis barang dari BlackBerry hingga layanan TV berlangganan atau tiket konser
dan sepeda motor.
Hiruk pikuk transaksi didalamnya cukup
membuatnya dijuluki Amazon.com versi Indonesia. Blibli lebih menitikberatkan
kepada hal-ihwal teknologi. Tak seperti banyak situs di Nusantara yang tak
dipersenjatai sistem pembayaran yang aman, Blibli menerima Visa atau Mastercard
dan dirancang mendapatkan persetujuan serta jaminan keamanan dari VeriSign,
perusaan autentifikasi layanan yang berbasis di AS.
Perusahaan start-up itu dimiliki oleh PT
Global Digital Niaga, anak perusahaan Grup Djarum dan Bank Central Asia (BCA),
yang memungkinkannya tak kehabisan dana. Alhasil, merek-merek ternama seperti
Cartier, Harley Davidson dan Phillips, kepincut.
Demi memadukan media sosial dengan
pengalaman belanja online, situs itu menampilkan kolom “Our Experts” dengan
para penulis yang dilabeli “Miss Stylish” dan “Mr. Gadget.” Keduanya berfungsi
sebagai kurator yang memilih barang-barang sesuai dengan reaksi pasar
menyangkut tren terbaru, review telepon seluler, dan komputer.
Situs itu dikunjungi sekitar 30 ribu orang per hari dan memiliki keterikatan kuat dengan perbankan serta perusahaan telekomunikasi. Keistimewaan situs ini juga pada kecepatan pengiriman barang. Contoh:pengiriman barang perdana iPhone 4S tiba satu jam setelah pemesanan.
Situs itu dikunjungi sekitar 30 ribu orang per hari dan memiliki keterikatan kuat dengan perbankan serta perusahaan telekomunikasi. Keistimewaan situs ini juga pada kecepatan pengiriman barang. Contoh:pengiriman barang perdana iPhone 4S tiba satu jam setelah pemesanan.
3. DETIK
Budiono Darsono dan Abdul Rahman, mantan
wartawan majalah Tempo, mendirikan Detik, situs berita online pertama di
Indonesia, pada 1998. Perlahan setelah diperkenalkan, Detik menduduki daftar 10
situs teratas yang paling sering didatangi setelah Google, Facebook, Twitter,
dan situs populer lainnya.
Dua tahun lalu, Detik mencetak penerimaan
iklan sebesar US$14 juta. Setahun kemudian, Detik dibeli oleh Grup Para,
konglomerasi yang menjangkau bidang usaha lain seperti hypermarket, perbankan,
media, dan taman bermain di bawah kepemimpinan Chairul Tanjung, salah satu
orang terkaya Indonesia.
Akuisisi Detik senilai US$40 juta menjadi
pembicaraan luas. Dengan besarnya nilai pembelian, situs itu bisa memompa lebih
banyak uang demi menciptakan konten sendiri. Detik kini punya micro-site
DetikTV, wadah bagi video berita.
4. BARITO LABS & ICE HOUSE
Satya Witoelar, Fajar Budiprasetyo, dan
Daniel Armanto sudah bukan nama asing di lanskap start-up Indonesia. Mereka
pendiri Koprol, aplikasi media sosial berbasis lokasi, versi lokal FourSquare.
Koprol mencetak berita setelah Yahoo Inc
membelinya pada 2010 dengan nilai yang tak disebutkan di muka umum. Namun, pada
Juni 2012, Yahoo menjual Koprol dan mengembalikan merek dagang itu ke pendiri
awalnya.
Satya, Fajar, dan Daniel tak berniat
meninggalkan dunia start-up. Mereka kembali membeli Koprol di bawah bendera
Barito Labs, start-up yang berfokus pada pembentukan dan pengembangan aplikasi
mobile.
Trio ini juga mendirikan Ice House, sebuah
start-up pengembangan perangkat lunak dengan dukungan keuangan dari firma
investasi swasta, Pacific Technology Partners. Ice House bertujuan menarik
talenta terbaik di bidang teknik yang dimiliki Indonesia demi memungkinkan
desainer lain membangun kisah suksesnya.
5. VALADOO
Melonjaknya angka kelas menengah di tanah
air memancing sebuah laman perjalanan bernama Valadoo menawarkan anggotanya
berbagai paket wisata pilihan dengan tiket penerbangan dan hotel murah.
Situs ini memperkenalkan tujuan wisata
yang tengah populer di Indonesia seperti Solo, Raja Ampat, dan Bogor. Tujuh
puluh lima persen tujuan wisata yang ditawarkan berada di Indonesia. Selain itu
Valadoo menawarkan paket wisata ke lokasi favorit seperti Hong Kong dan
Singapura.
Didirikan pada 2010 dengan bermodel pada
Groupon, Valadoo menangkap perhatian WeGo, perusahaan pencari perjalanan, yang
menyuntikkan modalnya dengan nominal rahasia pada Mei lalu. Iklan dan penjualan
paket menjadi penyumbang terbesar pemasukan perusahaan. Traffic di situs itu
meningkat nyaris 50% di paruh pertama tahun ini, kata Valadoo, dengan lebih
dari 160.000 pengunjung di kuartal kedua 2012. Situs itu juga membukukan
peningkatan penjualan 500% dalam tiga bulan terakhir.
Mereka akan memanfaatkan suntikan dana dari WeGo untuk memperbanyak tawaran mereka, termasuk blog travel yang memberikan info mengenai tempat-tempat liburan akhir pekan.
Mereka akan memanfaatkan suntikan dana dari WeGo untuk memperbanyak tawaran mereka, termasuk blog travel yang memberikan info mengenai tempat-tempat liburan akhir pekan.
6. HARPOEN
Banyak raksasa Internet dunia berjuang
keras menemukan cara mendulang uang dari para pemakai Internet di tanah air.
Harpoen—aplikasi iPhone menjadikan Indonesia sebagai laboratorium percobaan
sebelum akhirnya mengglobal.
Mereka memilih Asia Tenggara ketimbang
Palo Alto, California, untuk memantapkan produknya. Dipelopori oleh seorang
warga AS yang tinggal di Jakarta, aplikasi sosial berbasis lokasi itu memberi
ruang bagi para pengguna pengunjung bar, restoran, serta lokasi lain untuk
meninggalkan komentar, foto dan video di situs itu.
Pengguna lain pada gilirannya dapat
mengetahui pengunjung sebelumnya dari tempat-tempat itu serta menerima
rekomendasi dari mereka. Penggila Internet di Jakarta banyak memakai aplikasi
itu untuk kepentingan apa pun, dari mengeluhkan kemacetan hingga menyarankan
makanan kaki lima yang lezat. Desainernya kini berharap memperluas pasar ke
Bandung, Yogyakarta, Bali, dan kota Indonesia lain menyusul Singapura, New
York, Washington D.C., dan Buenos Aires dalam beberapa bulan mendatang.
Seperti Twitter dan Facebook, pendiri
Harpoen berharap bisa menggaet banyak pengguna, dan ujung-ujungnya mengeruk
pendapatan dari iklan. Aplikasi itu belum lagi menghasilkan duit. Namun, mereka
akan segera meluncurkan versi Android dari aplikasi itu.
Dibentuk tahun 2009, TeknoUp menemukan
ceruknya dengan menampilkan ulasan gadget dan berita teknologi bagi konsumen
Indonesia.
Menyasar para pengguna awal BlackBerry
model terbaru atau produk-produk Apple, situs itu menjadi portal wajib bagi
para pengguna untuk memperbaiki kinerja telepon seluler, kamera, dan komputer.
Saat ini mereka meraih jutaan page views setiap bulannya.
Pada Maret 2011, TeknoUp menerima dana
yang tak disebutkan jumlahnya dari venture capital Singapura, East Ventures.
Tiga bulan kemudian mereka memutuskan memasuki lanskap e-commerce tanah air
dengan membuka toko gadget online: TeknoUp Store.
Toko itu tak menerima pembayaran melalui
MasterCard atau Visa dan tak mendapatkan verifikasi VeriSign. Namun, situs itu
mungkin mampu merengkuh jutaan page views dalam beberapa bulan ke depan.
8. URBANESIA
Menyusul matinya majalah TimeOut pada
2011—setelah terbit selama tiga tahun—sejumlah penduduk ibu kota agaknya
merasakan haus informasi panduan pusat perbelanjaan dan restoran baru serta
info acara hiburan.
Urbanesia, didirikan pada awal 2011,
menawarkan city guide yang tak biasa yang memungkinkan penggunanya merekomendasikan
tempat nongkrong favorit mereka serta layanan lain di seantero Jakarta. Lebih
dari 250 ribu lokasi usaha terdaftar dalam situs itu, termasuk warung kaki
lima, butik milik desainer muda, serta usaha tak resmi lain.
Pada awal tahun ini, Urbanesia dikagetkan dengan keputusan PT Kompas Cyber Media mengumumkan penanaman modal di situs itu dengan nilai yang tak diungkap ke publik.
Pada awal tahun ini, Urbanesia dikagetkan dengan keputusan PT Kompas Cyber Media mengumumkan penanaman modal di situs itu dengan nilai yang tak diungkap ke publik.
Urbanesia dan Kompas akan mengintegrasikan
layanan mereka. Masuknya dana segar memungkinkan laman itu meluncurkan versi
beta terbaru situs direktori sosial serta aplikasi mobile Urbanesia.
9. NGOMIK
Ngomik adalah start-up yang mengincar
kegilaan Asia pada komik serta telepon seluler. Bermitra dengan operator
telekomunikasi raksasa tanah air, Ngomik menyediakan komik dalam format yang
cocok untuk ponsel.
Produknya beragam, dari karya anak bangsa
hingga buatan Jepang, dari sekitar 3.000 komikus yang terdaftar. Situs itu
menuai lebih dari tiga juta page views per bulan. Mereka mulai mengadakan
sayembara komik online yang kadang didesain menerapkan utas iklan (advertising
link-in) agar dana bisa terus masuk.
10. DWARAPALA
Dwarapala—yang berarti penjaga pintu dalam
bahasa Sansekerta—adalah start-up yang baru muncul pada 2012. Dengan antarmuka
yang memudahkan pengguna, situs itu tak menyulitkan toko yang punya kehadiran
fisik untuk memajang barangnya secara online dengan menyediakan template.
Pembelian domain tak lagi ruwet. Situs ini
menawarkan panduan mengubah tampilan laman secara online. Fasilitas tracking
pun tersedia. Selain itu, mereka juga memberikan saran untuk meningkatkan
keterlibatan dengan pengguna, mendongkrak kunjungan, serta optimisasi mesin
pencari.
1xBet Korean Bookmaker – legalbet.co.kr
BalasHapus1xBet is an Asian bookmaker which offers 1xbet korean a wide range of markets and offers a wide range of payment methods. It offers wide range of sports, live betting